Abadi: A Story

 Kamis manis Jaya menyebut hari ini di dalam kepalanya. Semuanya terukir sangat membekas jauh di lubuk hatinya yang paling dalam. Bagaimana tidak membekas salah satu keinginan untuk bisa berbicara dengan gebetannya terwujud. Mungkin bagi kita yang membacanya keinginan seperti itu merupakan hal biasa. Namun, tidak bagi Jaya karena menurutnya semua keinginan layak diperlakukan istimewa.

 Hari ini seperti biasa Jaya sedang duduk santai dekat pohon yang berada di depan kelasnya. Memejamkan mata karena pikirannya yang sedang semerawut seperti rumus kimia yang dipelajarinya tadi. Menghela napas sembari bergumam bagaimana caranya agar kelas selanjutnya dapat membolos saja. Pemikiran dan niat Jaya semakin yakin setelah ingat bahwa kelas selanjutnya merupakan kelas mematikan. Mematikan bagi otaknya apalagi kalau bukan matematika tercinta.

 Jaya yang sedang duduk dikejutkan suara perempuan di sampingnya. Perempuan berwajah teduh yang selalu membuat hatinya bertalu-talu. Perempuan yang membuat dunianya yang membara sedikit lebih damai seperti berada di surga. Padahal mereka tidak pernah berbicara satu sama lainnya. Entah kenapa Jaya selalu sulit melepaskan pandangan darinya. Ayu, nama perempuan yang Jaya puja.

"Jaya, lihat Shinta di kelas tidak?." tanya Ayu dengan pelan.

"Ya Tuhan! Siapa sih yang ganggu." sahut Jaya dengan nada sedikit tinggi karena terkejut. 

 Ayu yang terkejut dengan suara Jaya pun mundur selangkah. Kemudian mengulangi pertanyaan miliknya.

"Ini Ayu, Jaya. Kamu lihat Shinta gak?" tanya Ayu dengan nada sedikit kesal

 Jaya yang baru terkoneksi dengan kenyataan membuatnya sedikit gugup. 

"Gak Ay. Gak lihat, soalnya habis kelas langsung duduk di sini aku. Ngapain cari Shinta? Sini duduk dulu. Tunggu aja, siapa tau nanti dia muncul." jawab Jaya sembari menepuk tempat kosong disampingnya.

 Ayu tidak membalas ucapan Jaya namun segera duduk disebelah Jaya dengan sedikit hentakan kaki.

"Mau ngapain cari Shinta Ay? Oh ya, kayanya ini pertama kita ngobrol ya" tanya Jaya dengan sedikit kelakar garing-nya.

 Ayu yang mendengar pertanyaan Jaya pun hanya bisa tertawa. 

"Mau tanya sesuatu. Jelaslah baru pertama ngobrol, kamu kalo lihat aku tiba-tiba puter balik. Gini deh, kamu benci aku tah?" jawab Ayu 

"Gak, kata siapa aku benci kamu. Berita dengkul tuh. Ngawur aja emang warga sekolah." sahut Jaya dengan cepat 

 Ayu pun hanya terkekeh mendengar jawaban Jaya. Tiba-tiba Ayu terdiam dimana dirinya terlihat sedang memikirkan sesuatu. Jaya yang melihatnya pun sedikit merasa khawatir. Jaya pun mencoba memanggil nama Ayu tetapi didahului pertanyaan Ayu.

"Jay, apakah kita bisa menjadi abadi?" tanya Ayu tiba-tiba 

 Jaya yang mendengarnya pun segera membuka matanya dengan cepat. 

"Kenapa tanya begitu? Siapa yang mau kamu abadikan? Dirimu?" tanya Jaya sembari menatap Ayu.

 Ayu yang ditatap pun tiba-tiba merasa tidak nyaman. Karenanya dia memilih memainkan jari jemari tangannya. 

"Bukan, bukan diriku. Mereka yang diriku sayangi Jaya. Tapi kalau bisa, bisakah diriku jadi abadi?" jawab ayu dengan suara pelan

 Jaya yang mendengarnya pun menghela napas kembali. Pikirannya yang sudah kusut menjadi penuh di setiap sudut. Namun bukan berarti pertanyaan Ayu tidak memiliki jawabannya.

"Bisa Ay. Semuanya bisa abadi tetapi tidak sama seperti usia hidupnya" ucap Jaya 

 Ayu pun segera menoleh kepada Jaya. Ekspresi tidak percaya terlihat diwajahnya. Ayu pun bertanya dengan suara gemetar bagaimana caranya. Jaya hanya menjawab dengan gerakan tangan seperti memotret.

- END -


Komentar

  1. lanjutkan terus ceritanya mba, mantap

    BalasHapus
  2. Wahh Jaya gak mau langsung to the point ngomong suka nih. Adakah kisah selanjutnya?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Maklum kak, walaupun Badung tetap pemalu dia. Semoga ada ya kak

      Hapus
  3. Jaya dan Ayu mengingatkan aku pada dua tokoh bernama sama di kampus. Ini kebetulan yang luar biasa.

    BalasHapus
    Balasan
    1. Biasanya disebut takdir ini kak. Waah, anak saya jadi kenyataan

      Hapus
  4. Cerita yang menarik. Ada lanjutannya, kak?

    BalasHapus
    Balasan
    1. Terima kasih banyak kak. Semoga ada lanjutannya ya kak.

      Hapus
  5. Jadi diabadikan lewat potret kamera maksudnya ya

    BalasHapus
  6. Lanjut part kak hehe. Penasaran sama part selanjutnya hehehe

    BalasHapus

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Amparan Tatak dan Cara Membuatnya

Dia: A Story