Sedarah, Bukan Berarti Memilih Arah yang Sama

Tulisan kali ini bukan sebuah renungan atau bagaimana. Sekedar berbagi cerita bagaimana berbedanya dua saudara kandung yang jalan kehidupannya benar-benar berbeda satu sama lainnya. Hal ini disebabkan pemberitahuan penerimaan peserta didik baru tahun ini di provinsi kami. Pendaftaran dilakukan secara daring dengan waktu yang relatif singkat bila dibandingkan pendaftaran sekolah jaman dulu yaitu selama tiga hari. Dilanjutkan dengan dua hari kemudian dilakukan pengumuman.

Mengapa judulnya begitu?

Karena memang benar kami sangat-sangat berbeda hanya jenis kelamin saja yang sama. Bila perjalanan sekolah penulis diawali dengan sekolah dasar dilanjutkan sampai sekolah menengah atas semuanya berada di bawah naungan kementerian pendidikan. Sekolah umum masyarakat menyebutnya. Sebagai seorang kakak yang telah mengenyam pendidikan jauh di atas adik memberikan dampak masing-masing bagi kami.

Terkadang adik bertanya, haruskah dia melanjutkan sekolah di sekolah yang sama dengan sang kakak. Catatan-catatan yang sudah kakaknya torehkan terkadang memberikan perasaan yang tidak bisa dijabarkan oleh adik. 

Jadi, apakah memang harus adik bersekolah yang sama dengan sekolah kakak?

Tidak harus. Karena perjalanan sekolah adik tidak harus sama dengan kakak. Hal ini pun diamini oleh kedua orang tua yang masih ada. Mereka berkata minat dan bakat setiap anak berbeda. Pemikiran dan keinginan pun berbeda. Jadi sedarah bukan berarti harus memilih arah yang sama. Perkataan yang tidak menghakimi dan memojokkan adik memberikan perasaan percaya diri dalam dirinya. Kakak pun mengatakan hal sama, jangan terpaku oleh catatan-catatan yang kakak torehkan karena catatan-catatan milik adik bisa jadi lebih baik dari kakak.

Akibatnya, perjalanan adik sedikit unik dibandingkan kakak yang hidup datar dan lurus saja. Bagi kebanyakan yang mengenal kakak akan mengatakan hal tersebut membosankan. Namun, sang adik memiliki perjalanan yang menarik menurut sang kakak. Karena perjalanan sekolah adik dari sekolah dasar berlanjut ke sekolah berbasis agama yang sederajat sekolah menengah pertama. Terakhir akan masuk sekolah menengah kejuruan yang pernah diimpikan oleh kakak. 

Berdasarkan hasil pengumuman penerimaan peserta didik baru tahun ini. Adik berhasil diterima di sekolah menengah kejuruan yang mana dulu sekolah itu diimpikan oleh kakak. Namun terhalang restu orangtua tapi pad akhirnya adik yang berhasil diterima di sana. Kakak tentu saja senang tiada terkira. Hal ini menunjukkan bahwa walaupun sedarah bukan berarti mereka harus berada di jalur yang sama.

Bila dulu kakak bersekolah menengah atas yang mana berada di jurusan IPA. Sekarang adik berada di sekolah menengah kejuruan yang mana berada di jurusan manajemen perkantoran. Adik sudah memberikan pengumuman kepada anggota keluarga yang ada bahwa tidak ingin masuk ke fakultas keguruan apabila nanti kuliah. Karena menurutnya, dia tidak akan sanggup menghadapi siswa-siswi yang tidak pernah ada habisnya tingkah yang dilakukan.

Terkadang lucu mendengarkan alasan adik tidak ingin menjadi seorang pendidik. Cita-cita tidak muluk-muluk ingin menjadi orang yang bisa melakukan apapun tanpa ada masalah. Apalagi alasannya memilih sekolah menengah kejuruan hanya karena lebih dekat dari rumah dibandingkan sekolah mana pun. Memang ya terkadang adik memiliki sikap yang unik dan ajaib.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Amparan Tatak dan Cara Membuatnya

Dia: A Story